Sabtu, 12 Maret 2011

BAB 11 POPULASI DAN SAMPEL A. Pengertian Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian anntara pengertian ” populasi dan sampel” dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Sampel adalah sebagian dari populasi itu. populasi itu misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan ” social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat ( place ) , pelaku ( actors ), dan aktivitas ( activity ) yang berinteraksi secara sinergis, situasi sosial tersebut, dapat dirumah berikut keluarga dan aktivitasnya, atau orang-orang di sudut- sudut jalan yang sedang ngobrol, atau ditempat kerja, di kota, desa, di sekolah atau wilayah suatu negara. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin difahami secara lebih mendalam ” apa yang terjadi” di dalamnya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktifitas (aktivity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. Situasi sosial seperti ditunjukkan pada gambar 11.1. Tetapi sebenarnya objek penelitian kualitatif, juga bukan semata-mata pada situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraaan dan sejenisnya. Seorang peneliti yang mengamati secara mendalam tentang perkembanagan tumbuh-tumbuhan tertentu, kinerja mesin, menelusuri rusaknya alam, adalah proses penelitian kualitatif. Place/tempat Aktor/orang Activity/aktivitas Gambar 11.1. Situasi social(Social situasion) Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujian penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Sampel dalam penelitian kualitatif juga disebut sebagai sampel konstruktif, karena dengan sumber data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula masih belum jelas. Berdasarkan hal tersebut, maka model penmelitian kuantitatif dan kualitatif dapat digambarkan seperti gambar 11.2a dan 11.2.b. Pada gambar 11.2a terlihat bahwa, penelitian berangkat dari populasi tertentu, tetapi karena keterbatasan tenaga, dana, waktu dan fikiran, maka peneliti menggunakan sampel sebagai obyek yang dipelajari atau sebagai sumber data. Pengambilan sampel secara random. Berdasarkan data dari sampel tersebut selanjutnya digeneralisasikan ke populasi, dimana sampel tersebut diambil. Gambar 11.2a. Model generalisasi penelitian kuantitatif. Sampel representaif, hasilnya digeneralisasikan ke populasi Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, yang dapat berupa lembaga pendidikan tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Hasil penelitian tidak akan digeneralisasi ke populasi karena, pengambilan sampel tidak diambil secara random. Hasil penelitian dengan metode kualitatif hanya berlaku untuk kasus situasi sosial tersebut. Hasil penelitian tersebut dapat ditransferkan atau diterapkan kesituasi sosial (tempat lain) lain, apabila situasi sosial lain tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan dengan situasi sosial yang diteliti. Gambar 11.2b. model generalisasi penelitian kuantitatif. Sampel purposive, hasil dari A dapat ditransferkan hanya ke B, C, D B. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Seperti telah dikemukakan bahwa, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertenhtu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar. Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa ”Naturalistic sampling is, then, very different from conversational sampling. It is based on informational, not statistical, considerations. Its purpose is to maximize information, not to facilitate generalization”. Penentuan sample dalam penelitian kulaitatif (naturalistik) sangat berbeda dengan penentuan sample dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba ( 1985), dalam penelitian naturalistik, spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Ciri- ciri khusus sampel purposive, yaitu: 1) Emergent sampling design/ sementara 2) Serial Selection of sample units/ menggelinding seperti bola salju ( snow ball ) 3) Continuous adjustment or ‘ focusing’ of the sample/ disesuaikan dengan kebutuhan 4) Selection to the point of redundancy/ dipilh sampai jenuh ( Lincoln dan Guba, 1985 ). Jadi, penentuan sample dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung ( Emergent sampling design). Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sample sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sample lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang disebut sebagai “ serial selection of sample units” (Lincoln dan Guba, 1985), atau dalam kata- kata Bodgan dan Biklen (1982) dinamakan “snowball sampling technique”. Unit sample yang dipilih makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus penelitian. proses ini dinamakan Bodan dan Biklen ( 1982 ) sebagai “ Continuous adjustment of ‘ focusing ‘ of the sample”. Dalam proses penentuan sample seperti dijelaskan di atas, berapa besar sample tidak dapat ditentukan sebelumnya. Seperti telah dikutip di atas, dalam sample purposive, besar sample ditentukan oleh pertimbangan informasi. Seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba ( 1985 ) bahwa ” If the purpose is to maximize information, then sampling is terminated when no new information is forth- coming from newly sampled units; this redundancy is the primary criterion”.dalam hubungan ini S.Nasution ( 1988 ) menjelaskan bahwa penentuan unit sampel ( responden ) dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf “redundancy” ( datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru) , artinya bahwa dengan menggunakan sumber data selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti. Dalam proposal penelitian kualitatif, sampel sumber data yang dikemukakan masih bersifat ssementara. namun demikian pembuat proposal perlu menyebutkan siapa-siapa yang kemungkinan akan digunakan sebagai sumber data. misalnya akan meneliti gaya belajar anak jenius, maka kemungkinan sampel sumber datanya adalah orang- orang yang dianggap jenius, keluarga, guru yang membimbing, serta kawan-kawan dekatnya. selanjutnya misalnya meneliti tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka kemungkinan sampel sumber datanya adalah pimpinan yanng bersangkutan, bawahan, atasan, dan teman sejawatnya, yang diangggap paling tahu tentang gaya kepemimpinan yang diteliti. Teknik pengambilan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif yang bersifat purposive dan snowball itu dapat digambarkan seperti gambar 11.3 berikut. Gambar 11.3. Proses pengambilan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif, purposedan snowball. Berdasarkan gambar 11.3 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam proposal penelitian, peneliti telah merencanakan A sebagai orang pertama sebagai sumber data. Informan awal ini sebaiknya dipilih orang yang bisa “ membukakan pintu “ untuk memgenali keseluruhan medan secara luas ( mereka yang tergolong gatekeepers/ penjaga gawang dan knowledgeable informant/ informan yang cerdas). Selanjutnya oleh A disarankan ke B dan C, Dari C dan B belum memperoleh data yang lengkap, maka peneliti ke F dan G. dari F dan G belum memperoleh data yang akurat,maka peneliti pergi ke E, selanjutnya ke H, ke G, ke I dan terakhir ke J. Setelah sampai J data sudah jenuh, sehingga sampel sumber data sudah mencukupi, dan tidak perlu menambah sampel yang baru Sanafiah Faisal ( 1990 ) dengan mengutip pendapat Spradley mengemukakan bahwa situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya. 2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti. 3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi 4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “ kemasannya” sendiri 5. Mereka yang pada mulanya tergolong ” cukup asing ” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber. Seperti telah dikemukakan bahwa penambahan sampel itu dihentikan, manakala datanya sudah jenuh. dari berbagai informan, baik yang lama maupun yang baru, tidak memberikan data baru lagi. Bila pemilihan sampel atau informan benar- benar jatuh pada subyek yanng benar - benar menguasai situasi sosial yang diteliti ( obyek ), maka merupakan keuntungan bagi peneliti, karena tidak memerlukan banyak sampel lagi, sehingga penelitian cepat selesai. Jadi yang menjadi kepedulian bagi peneliti kualitatif adalah ” tuntas dan kepastian ” perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan banyaknnya sampel sumber data Contoh : Seorang peneliti, ingin menemukan gaya belajar anak yang berbakat di Sekolah Dasar, berdasarkan hal tersebut maka langkah- langkah penemuan sampel sumber data adalah sebagai berikut. 1. Melakukan penjelajahan umum ke SD-SD untuk mencari adakah murid berbakat. penjelajahan dengan memilih Kepala Sekolah dan guru, serta dokumen sebagai sumber data awal, untuk mengetahui ada tidaknya anak berbakat pada SD yang dipimpinnya.( Sampel sumber data dipilih Kepala Sekolah, guru, dokumen ) 2. Setelah ada informasi dari Kepala Sekolah, guru dan dokumentasi nilai- nilai pelajaran, selanjutnya dapat diketahui jumlah anak berbakat pada setiap kelas, misalnya setiap kelas ditemukan ada dua murid yang berbakat. Dengan demikian untuk satu SD ada 12 murid yang berbakat ( 2 x 6 kelas ). di sini sampel sumber data Kepala Sekolah,guru, dan dokumentasi. 3. Berdasarkan 12 murid tersebut, selanjutnya dapat diidentifikasikan nilai rapor dari berbagai pelajaran, ranking di kelas, penghargaan yang telah diperoleh, bakat spesifik yang dimiliki, latar belakang sosial dan ekonomi keluarga dan orang tua murid ( sumber data murid dan dokumentasi ) 4. Memulai melakukan penelitian terhadap murid-murid yang terpilih tersebut dengan sampel sumber data murid yang bersangkutan dalam berbagai aktivitasnya, guru- gurunya, orang tua dan teman-temannya. pengumpulan dilakukan secara trianggulasi. DISUSUN OLEH : KELOMPOK 8 AGENG SAPUTRI 56081013050 IMAMIM MUBIN 56061013016 LIM SEPTALESTARI 56081013009 RIA WULAN ADITYA 56081013007 DOSEN PENGASUH : Dr. Sungkowo Sutopo, M.Pd UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2010-2011 KATA PENGANTAR Segala Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena dengan berkat dan Rahmat-Nya jualah fortopolio ini dapat terselesaikan. Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen Pengasuh Mata Kuliah Penelitian Pendidikan yaitu Dr. Sungkowo Sutopo, M.Pd. Serta teman-teman di FKIP PGSD UNSRI Palembang yang turut membantu kami dalam menyelesiakan makalah ini. Saya mohon maaf apabila dalam fotopolio ini banyak kesalahan dan kekeliruan. Maka sebab itu kami mohon kritik dan saran agar dalam pembuatan fortopolio selanjutnya dapat dibuat lebih baik dari sebelumnya. Semoga fortopolio ini dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua. Palembang, November 2010 Penyusun BAB 11 POPULASI DAN SAMPEL A. Pengertian Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian anntara pengertian ” populasi dan sampel” dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Sampel adalah sebagian dari populasi itu. populasi itu misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan ” social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat ( place ) , pelaku ( actors ), dan aktivitas ( activity ) yang berinteraksi secara sinergis, situasi sosial tersebut, dapat dirumah berikut keluarga dan aktivitasnya, atau orang-orang di sudut- sudut jalan yang sedang ngobrol, atau ditempat kerja, di kota, desa, di sekolah atau wilayah suatu negara. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin difahami secara lebih mendalam ” apa yang terjadi” di dalamnya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktifitas (aktivity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. Situasi sosial seperti ditunjukkan pada gambar 11.1. Tetapi sebenarnya objek penelitian kualitatif, juga bukan semata-mata pada situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraaan dan sejenisnya. Seorang peneliti yang mengamati secara mendalam tentang perkembanagan tumbuh-tumbuhan tertentu, kinerja mesin, menelusuri rusaknya alam, adalah proses penelitian kualitatif. Place/tempat Aktor/orang Activity/aktivitas Gambar 11.1. Situasi social(Social situasion) Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujian penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Sampel dalam penelitian kualitatif juga disebut sebagai sampel konstruktif, karena dengan sumber data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula masih belum jelas. Berdasarkan hal tersebut, maka model penmelitian kuantitatif dan kualitatif dapat digambarkan seperti gambar 11.2a dan 11.2.b. Pada gambar 11.2a terlihat bahwa, penelitian berangkat dari populasi tertentu, tetapi karena keterbatasan tenaga, dana, waktu dan fikiran, maka peneliti menggunakan sampel sebagai obyek yang dipelajari atau sebagai sumber data. Pengambilan sampel secara random. Berdasarkan data dari sampel tersebut selanjutnya digeneralisasikan ke populasi, dimana sampel tersebut diambil. Gambar 11.2a. Model generalisasi penelitian kuantitatif. Sampel representaif, hasilnya digeneralisasikan ke populasi Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, yang dapat berupa lembaga pendidikan tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Hasil penelitian tidak akan digeneralisasi ke populasi karena, pengambilan sampel tidak diambil secara random. Hasil penelitian dengan metode kualitatif hanya berlaku untuk kasus situasi sosial tersebut. Hasil penelitian tersebut dapat ditransferkan atau diterapkan kesituasi sosial (tempat lain) lain, apabila situasi sosial lain tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan dengan situasi sosial yang diteliti. Gambar 11.2b. model generalisasi penelitian kuantitatif. Sampel purposive, hasil dari A dapat ditransferkan hanya ke B, C, D B. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Seperti telah dikemukakan bahwa, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertenhtu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar. Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa ”Naturalistic sampling is, then, very different from conversational sampling. It is based on informational, not statistical, considerations. Its purpose is to maximize information, not to facilitate generalization”. Penentuan sample dalam penelitian kulaitatif (naturalistik) sangat berbeda dengan penentuan sample dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba ( 1985), dalam penelitian naturalistik, spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Ciri- ciri khusus sampel purposive, yaitu: 1) Emergent sampling design/ sementara 2) Serial Selection of sample units/ menggelinding seperti bola salju ( snow ball ) 3) Continuous adjustment or ‘ focusing’ of the sample/ disesuaikan dengan kebutuhan 4) Selection to the point of redundancy/ dipilh sampai jenuh ( Lincoln dan Guba, 1985 ). Jadi, penentuan sample dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung ( Emergent sampling design). Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sample sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sample lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang disebut sebagai “ serial selection of sample units” (Lincoln dan Guba, 1985), atau dalam kata- kata Bodgan dan Biklen (1982) dinamakan “snowball sampling technique”. Unit sample yang dipilih makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus penelitian. proses ini dinamakan Bodan dan Biklen ( 1982 ) sebagai “ Continuous adjustment of ‘ focusing ‘ of the sample”. Dalam proses penentuan sample seperti dijelaskan di atas, berapa besar sample tidak dapat ditentukan sebelumnya. Seperti telah dikutip di atas, dalam sample purposive, besar sample ditentukan oleh pertimbangan informasi. Seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba ( 1985 ) bahwa ” If the purpose is to maximize information, then sampling is terminated when no new information is forth- coming from newly sampled units; this redundancy is the primary criterion”.dalam hubungan ini S.Nasution ( 1988 ) menjelaskan bahwa penentuan unit sampel ( responden ) dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf “redundancy” ( datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru) , artinya bahwa dengan menggunakan sumber data selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti. Dalam proposal penelitian kualitatif, sampel sumber data yang dikemukakan masih bersifat ssementara. namun demikian pembuat proposal perlu menyebutkan siapa-siapa yang kemungkinan akan digunakan sebagai sumber data. misalnya akan meneliti gaya belajar anak jenius, maka kemungkinan sampel sumber datanya adalah orang- orang yang dianggap jenius, keluarga, guru yang membimbing, serta kawan-kawan dekatnya. selanjutnya misalnya meneliti tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka kemungkinan sampel sumber datanya adalah pimpinan yanng bersangkutan, bawahan, atasan, dan teman sejawatnya, yang diangggap paling tahu tentang gaya kepemimpinan yang diteliti. Teknik pengambilan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif yang bersifat purposive dan snowball itu dapat digambarkan seperti gambar 11.3 berikut. Gambar 11.3. Proses pengambilan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif, purposedan snowball. Berdasarkan gambar 11.3 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam proposal penelitian, peneliti telah merencanakan A sebagai orang pertama sebagai sumber data. Informan awal ini sebaiknya dipilih orang yang bisa “ membukakan pintu “ untuk memgenali keseluruhan medan secara luas ( mereka yang tergolong gatekeepers/ penjaga gawang dan knowledgeable informant/ informan yang cerdas). Selanjutnya oleh A disarankan ke B dan C, Dari C dan B belum memperoleh data yang lengkap, maka peneliti ke F dan G. dari F dan G belum memperoleh data yang akurat,maka peneliti pergi ke E, selanjutnya ke H, ke G, ke I dan terakhir ke J. Setelah sampai J data sudah jenuh, sehingga sampel sumber data sudah mencukupi, dan tidak perlu menambah sampel yang baru Sanafiah Faisal ( 1990 ) dengan mengutip pendapat Spradley mengemukakan bahwa situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya. 2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti. 3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi 4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “ kemasannya” sendiri 5. Mereka yang pada mulanya tergolong ” cukup asing ” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber. Seperti telah dikemukakan bahwa penambahan sampel itu dihentikan, manakala datanya sudah jenuh. dari berbagai informan, baik yang lama maupun yang baru, tidak memberikan data baru lagi. Bila pemilihan sampel atau informan benar- benar jatuh pada subyek yanng benar - benar menguasai situasi sosial yang diteliti ( obyek ), maka merupakan keuntungan bagi peneliti, karena tidak memerlukan banyak sampel lagi, sehingga penelitian cepat selesai. Jadi yang menjadi kepedulian bagi peneliti kualitatif adalah ” tuntas dan kepastian ” perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan banyaknnya sampel sumber data Contoh : Seorang peneliti, ingin menemukan gaya belajar anak yang berbakat di Sekolah Dasar, berdasarkan hal tersebut maka langkah- langkah penemuan sampel sumber data adalah sebagai berikut. 1. Melakukan penjelajahan umum ke SD-SD untuk mencari adakah murid berbakat. penjelajahan dengan memilih Kepala Sekolah dan guru, serta dokumen sebagai sumber data awal, untuk mengetahui ada tidaknya anak berbakat pada SD yang dipimpinnya.( Sampel sumber data dipilih Kepala Sekolah, guru, dokumen ) 2. Setelah ada informasi dari Kepala Sekolah, guru dan dokumentasi nilai- nilai pelajaran, selanjutnya dapat diketahui jumlah anak berbakat pada setiap kelas, misalnya setiap kelas ditemukan ada dua murid yang berbakat. Dengan demikian untuk satu SD ada 12 murid yang berbakat ( 2 x 6 kelas ). di sini sampel sumber data Kepala Sekolah,guru, dan dokumentasi. 3. Berdasarkan 12 murid tersebut, selanjutnya dapat diidentifikasikan nilai rapor dari berbagai pelajaran, ranking di kelas, penghargaan yang telah diperoleh, bakat spesifik yang dimiliki, latar belakang sosial dan ekonomi keluarga dan orang tua murid ( sumber data murid dan dokumentasi ) 4. Memulai melakukan penelitian terhadap murid-murid yang terpilih tersebut dengan sampel sumber data murid yang bersangkutan dalam berbagai aktivitasnya, guru- gurunya, orang tua dan teman-temannya. pengumpulan dilakukan secara trianggulasi. DISUSUN OLEH : KELOMPOK 8 AGENG SAPUTRI 56081013050 IMAMIM MUBIN 56061013016 LIM SEPTALESTARI 56081013009 RIA WULAN ADITYA 56081013007 DOSEN PENGASUH : Dr. Sungkowo Sutopo, M.Pd UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2010-2011 KATA PENGANTAR Segala Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena dengan berkat dan Rahmat-Nya jualah fortopolio ini dapat terselesaikan. Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen Pengasuh Mata Kuliah Penelitian Pendidikan yaitu Dr. Sungkowo Sutopo, M.Pd. Serta teman-teman di FKIP PGSD UNSRI Palembang yang turut membantu kami dalam menyelesiakan makalah ini. Saya mohon maaf apabila dalam fotopolio ini banyak kesalahan dan kekeliruan. Maka sebab itu kami mohon kritik dan saran agar dalam pembuatan fortopolio selanjutnya dapat dibuat lebih baik dari sebelumnya. Semoga fortopolio ini dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua. Palembang, November 2010 Penyusun

BAB 11
POPULASI DAN SAMPEL

A.   Pengertian

Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian anntara pengertian ” populasi dan sampel” dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Sampel adalah sebagian dari populasi itu. populasi itu misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan ” social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat ( place ) , pelaku ( actors ), dan aktivitas ( activity ) yang berinteraksi secara sinergis, situasi sosial tersebut, dapat dirumah berikut keluarga dan aktivitasnya, atau orang-orang di sudut- sudut jalan yang sedang ngobrol, atau ditempat kerja, di kota, desa, di sekolah atau wilayah suatu negara. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin difahami secara lebih mendalam ” apa yang terjadi” di dalamnya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktifitas (aktivity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. Situasi sosial seperti ditunjukkan pada gambar 11.1.
Tetapi sebenarnya objek penelitian kualitatif, juga bukan semata-mata pada situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraaan dan sejenisnya. Seorang peneliti yang mengamati secara mendalam tentang perkembanagan tumbuh-tumbuhan tertentu, kinerja mesin, menelusuri rusaknya alam, adalah proses penelitian kualitatif.
Place/tempat


 






Aktor/orang                                                     Activity/aktivitas

Gambar 11.1. Situasi social(Social situasion)

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujian penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Sampel dalam penelitian kualitatif juga disebut sebagai sampel konstruktif, karena dengan sumber data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula masih belum jelas.
Berdasarkan hal tersebut, maka model penmelitian kuantitatif dan kualitatif dapat digambarkan seperti gambar 11.2a dan 11.2.b. Pada gambar 11.2a terlihat bahwa, penelitian berangkat dari populasi tertentu, tetapi karena keterbatasan tenaga, dana, waktu dan fikiran, maka peneliti menggunakan sampel sebagai obyek yang dipelajari atau sebagai sumber data. Pengambilan sampel secara random. Berdasarkan data dari sampel tersebut selanjutnya digeneralisasikan ke populasi, dimana sampel tersebut diambil.






 











Gambar 11.2a. Model generalisasi penelitian kuantitatif. Sampel representaif, hasilnya digeneralisasikan ke populasi


Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, yang dapat berupa lembaga pendidikan tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Hasil penelitian tidak akan digeneralisasi ke populasi karena, pengambilan sampel tidak diambil secara random. Hasil penelitian dengan metode kualitatif hanya berlaku untuk kasus situasi sosial tersebut. Hasil penelitian tersebut dapat ditransferkan atau diterapkan kesituasi sosial (tempat lain) lain, apabila situasi sosial lain tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan dengan situasi sosial yang diteliti.





 








Gambar 11.2b. model generalisasi penelitian kuantitatif. Sampel purposive, hasil dari A dapat ditransferkan hanya ke B, C, D

B.     Teknik Pengambilan Sampel

            Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Seperti telah dikemukakan bahwa, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertenhtu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa  yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.
            Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa ”Naturalistic sampling is, then, very different from conversational sampling. It is based on informational, not statistical, considerations. Its purpose is to maximize information, not to facilitate generalization”. Penentuan sample dalam penelitian kulaitatif (naturalistik) sangat berbeda dengan penentuan sample dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.
            oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba ( 1985), dalam penelitian naturalistik, spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Ciri- ciri khusus sampel purposive, yaitu:
1)  Emergent sampling design/ sementara
2)  Serial Selection of sample units/ menggelinding seperti bola salju ( snow ball )
3) Continuous adjustment or ‘ focusing’ of the sample/ disesuaikan dengan kebutuhan
4)  Selection to the point of redundancy/ dipilh sampai jenuh ( Lincoln dan Guba, 1985 ).
            Jadi, penentuan sample dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung ( Emergent sampling design). Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sample sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sample lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang disebut sebagai “ serial selection of sample units” (Lincoln dan Guba, 1985), atau dalam kata- kata Bodgan dan Biklen (1982) dinamakan “snowball sampling technique”. Unit sample yang dipilih makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus penelitian. proses ini dinamakan Bodan dan Biklen ( 1982 ) sebagai “ Continuous adjustment of ‘ focusing ‘ of the sample”.
            Dalam proses penentuan sample seperti dijelaskan di atas, berapa besar sample tidak dapat ditentukan sebelumnya. Seperti telah dikutip di atas, dalam sample purposive, besar sample ditentukan oleh pertimbangan informasi. Seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba ( 1985 ) bahwa ” If the purpose is to maximize information, then sampling is terminated when no new information is forth- coming from newly sampled units; this redundancy is the primary criterion”.dalam hubungan ini S.Nasution ( 1988 ) menjelaskan bahwa penentuan unit sampel ( responden ) dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf “redundancy” ( datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru) , artinya bahwa dengan menggunakan sumber data selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.
            Dalam proposal penelitian kualitatif, sampel sumber data yang dikemukakan masih bersifat ssementara. namun demikian pembuat proposal perlu menyebutkan siapa-siapa yang kemungkinan akan digunakan sebagai sumber data. misalnya akan meneliti gaya belajar anak jenius, maka kemungkinan sampel sumber datanya adalah orang- orang yang dianggap jenius, keluarga, guru yang membimbing, serta kawan-kawan dekatnya. selanjutnya misalnya meneliti tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka kemungkinan  sampel sumber datanya adalah pimpinan yanng bersangkutan, bawahan, atasan, dan teman sejawatnya, yang diangggap paling tahu tentang gaya kepemimpinan yang diteliti.
Teknik pengambilan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif yang bersifat purposive dan snowball itu dapat digambarkan seperti gambar 11.3 berikut.


 










Gambar 11.3. Proses pengambilan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif,
           purposedan snowball.

            Berdasarkan gambar 11.3 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam proposal penelitian, peneliti telah merencanakan A sebagai orang pertama sebagai sumber data. Informan awal ini sebaiknya dipilih orang yang bisa “ membukakan pintu “ untuk memgenali keseluruhan medan secara luas ( mereka yang tergolong  gatekeepers/ penjaga gawang dan knowledgeable informant/ informan yang cerdas). Selanjutnya oleh A disarankan ke B dan C, Dari C dan B belum memperoleh data yang lengkap, maka peneliti ke F dan G. dari F dan G belum memperoleh data yang akurat,maka peneliti pergi ke E, selanjutnya ke H, ke G, ke I dan terakhir ke J. Setelah sampai J data sudah jenuh, sehingga sampel sumber data sudah mencukupi, dan tidak perlu menambah sampel yang baru
            Sanafiah Faisal ( 1990 ) dengan mengutip pendapat Spradley mengemukakan bahwa situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 
  1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.
  2. Mereka yang tergolong masih sedang  berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.
  3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi
  4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “ kemasannya” sendiri
  5. Mereka yang pada mulanya tergolong ” cukup asing ” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Seperti telah dikemukakan bahwa penambahan sampel itu dihentikan, manakala datanya sudah jenuh. dari berbagai informan, baik yang lama maupun yang baru, tidak memberikan data baru lagi. Bila pemilihan sampel atau informan benar- benar jatuh pada  subyek yanng benar - benar menguasai situasi sosial yang diteliti ( obyek ), maka merupakan keuntungan bagi peneliti, karena tidak memerlukan banyak sampel lagi, sehingga penelitian cepat selesai. Jadi yang menjadi kepedulian bagi peneliti kualitatif adalah ” tuntas  dan kepastian ” perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan banyaknnya sampel sumber data

Contoh :
Seorang peneliti, ingin menemukan gaya belajar anak yang berbakat di Sekolah Dasar, berdasarkan hal tersebut maka langkah- langkah penemuan sampel sumber data adalah sebagai berikut.
  1. Melakukan penjelajahan umum ke SD-SD untuk mencari adakah murid berbakat. penjelajahan dengan memilih Kepala Sekolah dan guru, serta dokumen sebagai sumber data awal, untuk mengetahui ada tidaknya anak berbakat pada SD yang dipimpinnya.( Sampel sumber data dipilih Kepala Sekolah, guru, dokumen )
  2. Setelah ada informasi dari Kepala Sekolah, guru dan dokumentasi nilai- nilai pelajaran, selanjutnya dapat diketahui jumlah anak berbakat pada setiap kelas, misalnya setiap kelas ditemukan ada dua murid yang berbakat. Dengan demikian untuk satu SD ada 12 murid yang berbakat      ( 2 x 6 kelas ). di sini sampel sumber data Kepala Sekolah,guru, dan dokumentasi.
  3. Berdasarkan 12 murid tersebut, selanjutnya dapat diidentifikasikan nilai rapor dari berbagai pelajaran, ranking di kelas, penghargaan yang telah diperoleh, bakat spesifik yang dimiliki, latar belakang sosial dan ekonomi keluarga dan orang tua murid ( sumber data murid dan dokumentasi )
  4. Memulai melakukan penelitian terhadap murid-murid yang terpilih tersebut dengan sampel sumber data murid yang bersangkutan dalam berbagai aktivitasnya, guru- gurunya, orang tua dan teman-temannya. pengumpulan dilakukan secara trianggulasi.

             
Penelitian Pendidikan

Populasi dan Sampel                                       









DISUSUN OLEH :
              

IMAMIM MUBIN                  56061013016



DOSEN PENGASUH : Dr. Sungkowo Sutopo, M.Pd


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2010-2011


KATA PENGANTAR



Segala Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena dengan berkat dan Rahmat-Nya jualah fortopolio ini dapat terselesaikan. Kami  mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen Pengasuh Mata Kuliah Penelitian Pendidikan yaitu Dr. Sungkowo Sutopo, M.Pd. Serta teman-teman di FKIP PGSD UNSRI Palembang yang turut membantu kami dalam menyelesiakan makalah ini.
Saya mohon maaf apabila dalam fotopolio  ini banyak kesalahan dan kekeliruan. Maka sebab itu kami mohon kritik dan saran agar dalam pembuatan fortopolio selanjutnya dapat dibuat lebih baik dari sebelumnya. Semoga fortopolio ini dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua.



               Palembang,   November 2010
                                                                                
                                                                                               

                                                   Penyusun


Tidak ada komentar:

Posting Komentar